Jumat, 30 Maret 2012


Meskipun peredaran tomcat sudah meluas hingga ke Jakarta, namun tidak semua tomcat memiliki racun. Hanya tomcat jenis betina saja yang berbahaya karena menghasilkan racun dan menimbulkan rasa gatal jika menempel di kulit, sedangkan tomcat jantan tidak memiliki racun yang membahayakan.

“Tomcat betina memiliki racun. Sedangkan yang jantan tidak. Racun yang menyebabkan kulit menjadi gatal terjadi saat tomcat hinggap di tubuh manusia spontan ditepuk. Akibatnya racun serangga tersebut menempel pada kulit. Jika digaruk menyebabkan iritasi pada kulit hingga tampak melepuh,’ ujar Dwi Cahyo, Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, Sudin Pertanian dan Kehutanan, Jakarta Barat, Jumat (30/3).

Ia menyarankan agar racun serangga tersebut tidak mengenai tubuh, tomcat yang hinggap tidak ditepuk. Tapi, diusir dengan cara disentil. Sebab, serangga tomcat bukanlah serangga yang menakutkan yang aktif menyerang manusia.

Menurutnya, serangga tersebut biasa hidup pada lahan yang lembab seperti kawasan persawahan dan lahan rerumputan yang lebat. Namun, layaknya jenis serangga pada umumnya serangga tomcat juga sangat menyukai cahaya yang dihasilkan oleh lampu.

“Serangga tomcat sangat banyak jenisnya. Dari 622 jenis yang ada di seluruh dunia, 25 jenis di antaranya terdapat di Indonesia termasuk yang terdapat di RW 04 Kelurahan Durikosambi, Jakarta Barat, yang baru-baru ini ditemukan warga,” ungkap Dwi.

Disinggung penanganan tomcat di RW 04, Dwi mengaku menunggu instruksi dari Kementerian Pertanian. Hasil pengamatan pihaknya, tomcat di lokasi tersebut juga belum mewabah sehingga belum perlu dilakukan penyemprotan. Jika terkena racun tomcat, ia menyarankan cukup dengan dibasuh air dan dibilas dengan sabun. “Masyarakat tidak perlu resah. Dari dulu dan sampai saat ini belum ada orang yang meninggal akibat terkena racun tomcat,” tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar